Senin, 18 Mei 2015

Emosi


             Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
        Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995).

Berikut ini contoh dari emosi :

1. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
            Mekanisme pertahanan hidup manusia melahirkan berbagai tingkah laku dan berbagai jenis emosi. Emosi benci, seperti halnya emosi takut, dapat mengan­tar manusia untuk melestarikan hidupnya. Hanya saja, emosi benci itu kadang-kadang tidak tepat sasaran jika terarah pada hal-hal yang seharusnya tidak dibenci. Bahkan, menurut al-Qur’ân ada hal-hal yang sering dibenci oleh manusia, tetapi ternyata sangat bermanfaat baginya. Atau sebaliknya, disenangi tetapi mem­bawa efek negatif baginya (Q.S. al-Baqarah [2]: 216; al-Nisâ’ [4]: 19).
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

2. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, mengasihi diri, putus asa
          Dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak selamanya manusia bergem­bira, adakalanya juga bersedih. Sedih karena gagal meraih sukses, mendapat kesulitan, ditinggal orang yang dicintai, atau sebab yang lain. Begitulah kehi­dup­an terjadi silih berganti. Tertawa atau menangis sudah merupakan bawaan (naluri, gharîzah) karunia dari Allah. Dari sejak lahir manusia sudah pandai menangis dan tersenyum. Setelah mulai menapaki kehidupan orang belajar dari lingkungannya kapan tempatnya tertawa dan kapan pula menangis. Q.S. al-Najm [53]: 43 menjelaskan:
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى
“Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.”

3. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang.
           Emosi takut merupakan salah satu emosi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena berperan untuk mempertahankan diri dari berbagai masalah yang dapat mengancam kehidupan itu sendiri. Emosi takut manusia dalam penuturan al-Qur’ân mempunyai cakupan yang luas. Bukan hanya gambaran ketakutan di dunia ini seperti ketakutan pada kelaparan, kehilangan jiwa dan harta, bencana alam, melainkan juga menyangkut ketakutan pada kesengsaraan hidup di akhirat. Hal ini menjadi pembeda yang tegas antara orang beriman yang percaya pada kehidupan akhirat dengan yang tidak. Ketakutan pada orang beriman juga menjadi ajang promosi baginya untuk mencapai suatu predikat tertentu dalam pandangan Allah. Firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 155 (juga Q.S. al-Nahl [16]: 112)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”


4. Kenikmatan (senang) : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga.

 Emosi senang umumnya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang membuat kepuasan dalam hidup. “We define happiness as overall satisfaction with life”. Perasaan senang (cinta, gembira, puas, bahagia) adalah kondisi-kondisi yang senantiasa didambakan oleh setiap individu apa pun latar belakangnya.
Ekspresi emosi senang dijumpai dalam beberapa ayat al-Qur’ân yang dengan jelas mengungkapkan terjadinya perubahan-perubahan pada wajah menjadi berseri-seri yang dapat diamati oleh orang lain yang menyaksikannya. Ayat-ayat al-Qur’ân tersebut misalnya Q.S. ‘Abasa  [80]: 38-39:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ 0 ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ 
“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria.” (Q.S. ‘Abasa [80]: 38-39)

5. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,    
    dan kemesraan

6. Terkejut : kaget, terkejut
           Emosi kaget (heran, takjub) yang dialami oleh manusia pada umumnya diekspresi­kan dengan berteriak spontan, terperanjat, mata membelalak, merinding, merunduk, latah, meneteskan air mata, menertawai, diam seribu bahasa, termangu, terpesona, dan sebagainya. Ekspresi heran dan kaget ini juga telah digambarkan di dalam al-Qur’ân dengan sangat spektakuler, misalnya Q.S. Yûsuf [12]: 31:
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَءَاتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلاَّ مَلَكٌ كَرِيمٌ
“Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): ‘Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka.’ Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: ‘Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.”

 7. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka

8. Malu : Meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, aib, dan hati hancur lebur.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ ۖ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ

            Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. [al-Ahzâb/ 33:53]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar