A. DEFINISI KONSEP DIRI
Menurut para ahli :
- Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.
- Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari konsep diri.
- Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
- Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.
- Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
- Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri
adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide,
pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan
dengan orang lain.
B.
KOMPONEN
ATAU BAGIAN DARI KONSEP DIRI
-
Identitas diriPeran yang berbeda, kesaran diri akan diri sendiri, pengenalan diri yang ada tentang internal individual.
-
Citra diriPandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain terhadap dirinya.
-
Harga diriBerupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri.
-
Ideal diriSuatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan dinilai oleh personal lain.
-
Peran
Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya baikdi lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri,
antara lain:
a. Usia
Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak, konsep diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya. Sedangkan remaja yang kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial (Syaiful, 2008).
b. Inteligensi
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya (Syaiful, 2008).
Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak, konsep diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya. Sedangkan remaja yang kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial (Syaiful, 2008).
b. Inteligensi
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya (Syaiful, 2008).
c. Pendidikan
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).
d. Status Sosial Ekonomi
Status sosial
seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap dirinya.
Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Penerimaan
lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial
ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan
mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang status
sosialnya rendah.
Hal ini didukung oleh
penelitian Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan
bahwa mereka memiliki konsep diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak
yang berasal dari status ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi
tinggi mempunyai konsep diri yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat
ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang tinggi (dalam Skripsi
Darmayekti, 2006:21).
e. Hubungan Keluarga
Seseorang yang
mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan
mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola
kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk
mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.
f. Orang Lain
Kita mengenal diri kita
dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda mengenal diri saya,
akan membentuk konsep diri saya. Sullivan (dalam Rakhmat, 2005:101) menjelaskan
bahwa individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan
dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya.
Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan dirinya, menyalahkan dan
menolaknya, ia akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya. Miyamoto dan
Dornbusch (dalam Rakhmat, 2005:101) mencoba mengkorelasikan penilaian orang
lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang palin jelek
sampai yang paling baik. Yang dinilai adalah kecerdasan, kepercayaan diri, daya
tarik fisik, dan kesukaan orang lain terhadap dirinya. Dengan skala yang sama
mereka juga menilai orang lain. Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh
orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya.
Artinya, harga diri sesuai dengan penilaian orang lain terhadap dirinya.
g. Kelompok Rujukan (Reference Group)
Yaitu kelompok
yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep dirinya. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2005:105), ciri orang
yang memiliki konsep diri negatif ialah peka terhadap kritik, responsif sekali
terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenagi
orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.
Sebaliknya, orang yang memilikii konsep diri positif ditandai
dengan lima hal:
1) Kemampuan mengatasi masalah.
2) Merasa setara dengan orang lain.
3) Menerima pujian tanpa rasa malu.
4) Menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku
yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
5) Mampu memperbaiki dirinya karena
ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian
yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
D. KONSEP DIRI POSITIF DAN NEGATIF
Konsep
diri merupakan faktor penting didalam berinteraksi. Hal
ini disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin
disesuaikan dengan konsep diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk
lain adalah lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam
setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan
memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan.
Dengan demikian manusia memiliki
kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu.
Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya
akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk
keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut.
Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif.
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan
karakteristik sebagai berikut:
1. Konsef diri
positif
Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri
terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif
yang dihadapi. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa
manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan.
Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja
sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa
lebih atau kurang terhadap orang lain. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman
terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu
berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk
melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
2. Konsep diri
negatif
Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk
menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang
berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala
tindakannya perlu mendapat penghargaan.Cenderung merasa tidak disukai orang lain.
Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya
dengan negatif. Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan
kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain.Mengalami hambatan dalam interaksi dengan
lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan
orang-orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar