Kata emosi berasal
dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi
gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi
terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan
fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting
dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam
arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
(Prawitasari,1995).
Berikut ini contoh dari emosi :
Mekanisme pertahanan hidup manusia melahirkan
berbagai tingkah laku dan berbagai jenis emosi. Emosi benci, seperti halnya
emosi takut, dapat mengantar manusia untuk melestarikan hidupnya. Hanya
saja, emosi benci itu kadang-kadang tidak tepat sasaran jika terarah pada
hal-hal yang seharusnya tidak dibenci. Bahkan, menurut al-Qur’ân ada hal-hal
yang sering dibenci oleh manusia, tetapi ternyata sangat bermanfaat baginya.
Atau sebaliknya, disenangi tetapi membawa efek negatif baginya (Q.S.
al-Baqarah [2]: 216; al-Nisâ’ [4]: 19).
كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا
وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang
itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal
ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak selamanya
manusia bergembira, adakalanya juga bersedih. Sedih karena gagal meraih
sukses, mendapat kesulitan, ditinggal orang yang dicintai, atau sebab yang
lain. Begitulah kehidupan terjadi silih berganti. Tertawa atau menangis sudah merupakan bawaan (naluri, gharîzah)
karunia dari Allah. Dari sejak lahir manusia sudah pandai menangis dan
tersenyum. Setelah mulai menapaki kehidupan orang belajar dari lingkungannya
kapan tempatnya tertawa dan kapan pula menangis. Q.S. al-Najm [53]: 43
menjelaskan:
وَأَنَّهُ
هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى
“Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa
dan menangis.”
Emosi takut merupakan salah satu emosi yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, karena berperan untuk mempertahankan diri
dari berbagai masalah yang dapat mengancam kehidupan itu sendiri. Emosi takut
manusia dalam penuturan al-Qur’ân mempunyai cakupan yang luas. Bukan hanya
gambaran ketakutan di dunia ini seperti ketakutan pada kelaparan, kehilangan
jiwa dan harta, bencana alam, melainkan juga menyangkut ketakutan pada
kesengsaraan hidup di akhirat. Hal ini menjadi pembeda yang tegas antara
orang beriman yang percaya pada kehidupan akhirat dengan yang tidak.
Ketakutan pada orang beriman juga menjadi ajang promosi baginya untuk
mencapai suatu predikat tertentu dalam pandangan Allah. Firman Allah dalam
Q.S. al-Baqarah [2]: 155 (juga Q.S. al-Nahl [16]: 112)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
4. Kenikmatan (senang) : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga.
Emosi senang umumnya didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang membuat kepuasan dalam hidup. “We define happiness as overall
satisfaction with life”. Perasaan senang (cinta, gembira, puas, bahagia)
adalah kondisi-kondisi yang senantiasa didambakan oleh setiap individu apa
pun latar belakangnya.
Ekspresi emosi senang dijumpai dalam beberapa ayat
al-Qur’ân yang dengan jelas mengungkapkan terjadinya perubahan-perubahan
pada wajah menjadi berseri-seri yang dapat diamati oleh orang lain yang
menyaksikannya. Ayat-ayat al-Qur’ân tersebut misalnya Q.S. ‘Abasa [80]: 38-39:
وُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ 0 ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ
“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan
gembira ria.” (Q.S. ‘Abasa [80]: 38-39)
5. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat,
dan kemesraan
6. Terkejut : kaget, terkejut
Emosi kaget (heran, takjub) yang dialami oleh
manusia pada umumnya diekspresikan dengan berteriak spontan, terperanjat,
mata membelalak, merinding, merunduk, latah, meneteskan air mata, menertawai,
diam seribu bahasa, termangu, terpesona, dan sebagainya. Ekspresi heran dan
kaget ini juga telah digambarkan di dalam al-Qur’ân dengan sangat
spektakuler, misalnya Q.S. Yûsuf [12]: 31:
فَلَمَّا
سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً
وَءَاتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ
فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ
لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلاَّ مَلَكٌ كَرِيمٌ
“Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar
cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi
mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau
(untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): ‘Keluarlah
(nampakkanlah dirimu) kepada mereka.’ Maka tatkala wanita-wanita itu
melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya dan mereka melukai (jari)
tangannya dan berkata: ‘Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia.
Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا
أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَٰكِنْ
إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا
مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ
فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ ۖ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. [al-Ahzâb/ 33:53]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. [al-Ahzâb/ 33:53]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar